P U A S A
Aku diajar berpuasa bukan karena agama, bukan karena keinginan naik surga. Kakek mengajarku buat menahan keinginan, untuk mengetahui sampai dimana aku dapat mengatur kekuatan (Nh. Dini, dalam bukunya, Sebuah Lorong di Kotaku). Bagi manusia Jawa, puasa itu semacam kontemplasi dan bertapa. Waktunya mawas-diri, intropeksi. Semua dilakukan atas kesadaran dan tekat diri, karena itu ada banyak jenis puasa dalam masyarakat Jawa. Dari yang terkesan sangat berat, ringan, hingga lucu. Ada puasa weton, senin-kemis, pendem, pati geni, ngalong, ngrowot, mbisu, mutih, ngetdan dan sebagainya. Yah, ada itu puasa/bertapa ngetdan, menjalani ritual layaknya orang gila. Pergi kemana saja tanpa tujuan, tanpa bekal apapun. Makan apa saja yang ditemui dan tidur di sembarang tempat tapi hati tetap eling pada yang maha kuasa. Dan ndak masalah puasa macam itu, orang dia ngetdan, tapi dia tidak ganggu, ngamuk atau merugikan orang lain. Sekarang khan banyak, orang yang sepertinya waras tapi etdan/gila, sep